Apa kata yang tepat untuk protes terhadap waktu
Rhyme style apa yang pas untuk demo sedih diriku
Air mataku sanggup katakan lebih banyak dari pada
pesan yang disampaikan semua kata
Yoo.. yo capital A. N. double much respect fo ya
Kau Selalu karyakan beat untuk rima ber-lima
Meski jarak terbentang ambisi bukan halangannya
Roda dua F1Z menghempas debu Bogor-Jakarta
Sahabat terbaik dalam mengejar mimpi
Teman terhebatku untuk dapat berdiri
Kawan yang tepat untuk sharing hal-hal kecil
Kuping yang pas untuk
Untuk dengar rima Cypress Hill
Masih tergambar jelas alunan takdir
Kita lewati malam dengan sebotol beer
Bicara, tertawa, bertingkah semaunya
Sudah saatnya kau tenang di alam sana
Friday, 30 December 2011
Wednesday, 28 December 2011
Maafkan Aku
Sepuluh puluh tahun silam di sebuah kampung tempat orang-orang Tionghoa tinggal, hiduplah seorang remaja keturunan Tionghoa, Lian Anggara namanya. Anak pertama dari dua saudara keluarga bapak Chang Anggara dan ibu Shu Pradita ini lahir layaknya anak normal biasa. Remaja biasa yang baru duduk di bangku kelas 3 SMA ini adalah seorang anak yang cerdas. Seorang Tionghoa yang juga rajin beribadah. Dia mempunyai seorang adik, Xi Shan Pradita yang kini masih belajar di kelas 2 SMP.
Hari itu, Lian menuntut ilmu seperti biasanya di SMA Negeri tak jauh dari rumahnya. Seperti biasanya juga, dia berjalan kaki menuju sekolah tanpa satupun teman bersamanya. Dia selalu berangkat paling pagi di antara teman-temannya.
"Teet…teet…teet…", lonceng berbunyi.
Jam pertama kini dimulai. Pak Rayi wali kelas Lian memberikan hasil ulangan semester genap kemarin. Seluruh kelas terdiam. Semua anak was-was menanti hasil belajar mereka.
"Aldi…", panggil pak Rayi.
"Belajar lagi !", pak Rayi meneruskan.
"Antono… Arya… Chaca… Demian…", pak Rayi memanggil anak-anak satu per satu.
Hingga tiba saat pak Rayi memanggil Lian.
"Lian !", ujar pak Rayi dengan suara sedikit keras.
"Iya, Pak !", jawab Lian.
"Apa selama ini Kamu belajar dengan sungguh-sungguh ? Mengapa semua nilaimu turun ? Padahal semester pertama nyaris nilai kamu di atas 8 semua. Tapi mengapa sekarang seperti ini ?", kata pak Rayi.
Friday, 23 December 2011
My Real Idol
Idolaku… adalah sosok orang yang sederhana. Hidup dalam sebuah rumah yang biasa-biasa saja, kecil, dan tidak memiliki kesan ibarat sebuah rumah elit milik pejabat negeri. Beliau tidak terlalu suka dengan gaya hidup yang mewah, glamour, menghabiskan uang untuk belanja, traveling yang tidak bermanfaat, serta melakukan sesuatu yang menurutnya tidak penting. Namun, hal yang begitu tampak dari diri dan perilakunya adalah beliau hidup di dunia ini sebisa mungkin bisa berbuat lebih untuk orang terdekatnya dan melihat mereka bahagia.
Idola impianku… adalah suatu sosok yang mulai menginjak usia tuanya. Wajah putih yang semakin terlihat keriput, yang terkadang ditutupinya dengan goresan make up pembersih dan penyegar wajah. Tubuhnya yang kecil dan tidak begitu tinggi pun mulai renta. Beberapa kali beliau terlihat terbaring lemah di atas ranjang panjang yang sudah hampir 20 tahun menemani tidurnya. Yaap.. faktor usia membuatnya semakin kehilangan daya juang mudanya.
Subscribe to:
Posts (Atom)